I and Friend
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perlindungan tanaman
merupakan salah satu yang terpenting di dalam usaha pertanian. Secara umum
perlindungan tanaman mencakup tiga gatra antara lain perlindungan terhadap
gangguan hama, gangguan penyebab penyakit dan gangguan gulma. Telah banyak
usaha yang dilakukan untuk mengembangkan
suatu sistem perlindungan hama baik yang sifatnya mekanis atau fisik, kimiawi,
dan biologis. Tidak semua gangguan dapat diatasi dengan usaha mekanis atau
fisik, demikian pula dengan pendekatan kimiawi. Bahkan perlindungan tanaman
menggunakan senyawa kimia menimbulkan persoalan baru yang tidak mudah diatasi
yaitu pencemaran lingkungan dan timbulnya resistensi hama dan penyakit terhadap
bahan kimia yang digunakan.
Salah satu
alternative lain untuk melakukan perlindungan tanaman adalah penggunaan
pendekatan biologis dan bioteknologis. Pendekatan biologis dalam perlindungan
tanaman yang dimaksud disini adalah seperti yang dikemukakan oleh Baker dan
Cook pada tahun 1974, yaitu pengurangan
kerapatan inokulum atau aktifitas yang menyebabkan penyakit oleh suatu patogen
atau parasit dalam status aktif maupun dorman, oleh satu atau lebih jasad
hidup, dikerjakan secara alami atau melalui manipulasi lingkungan, inang atau
antagonisnya atau dnegan introduksi massal satu atau lebih jasad antagonis. Batasan
semacam ini mencakup berbagai macam teknik baik yang bersifat konvensional
maupun non-konvensional.
Pada awalnya manusia
menggunakan bahan-bahan kimia untuk pengendalian lingkungannya dimulai dari
Arsenit, insektisida botani (nikotin, pyrethrin, dan rotenone), dan minyak
bumi. Insektisida organic sintetis yang pertama kali muncul adalah senyawa
dinitro dan thiocyanat. Ungkin yang
paling nyata sebagai perintis untuk memproduksi berbagai insektisida adalah
ditemukannya DDT.
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan insektisida
mulai digunakan orang, yang pasti bahwa bahan yang tergolong insektisida (dalam
arti fungsinya) yang digunakan pertama kali oleh manusia primitif ialah lumpur
dan debu. Kedua bahan ini digunakan dengan cara membalurkannya keseluruh bagian
tubuh sebagai pencegah gigitan serangga.
Catatan yang paling pertama mengenai tentang
insektisida ialah penggunaan sulfur sebagai fumigan. Pada tahun 1994, suplai
insektisida masih sangatlah terbatas, pada berbagai jenis saja seperti senyawa
arsen, minyak petrol, nikotin, piretrum, rotenon, sulfur, gas hydrogen sianida
dan kriolit.
Baru setelah perang dunia II dimulailah era zaman
pestisida dengan penemuan-penemuan senyawa kimia dengan konsep baru, yakni
dibuatnya senyawa-senyawa insektisida organic sintetis. Yang pertama kali
dibuat secara komersil ialah DDT.
B.
Tujuan
Tujuan laporan ini untuk mengetahui bagaimana aplikasi
dari suatu insektisida dan berdampak apa yang akan ditimbulkan setelah dari
penggunaan insektisida tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Penggunaan insektisida diindonesia secara nyata
sekurang-kurangnya telah dilakukan 20 tahun yang lalu. Setelah timbul berbagai
macam pengaruh akibat dari penggunaan insektisida ini, maka sangatlah perlu
dipikirkan pengendalian serangga yang terintegrasi. Maksudnya adalah memelihara
populasi serangga hama, tetap berada dibawah derajat perusakan yang tidak
merugikan secara ekonomi, yaitu dengan sedikit mungkin pemakaian pestisida
dengan tujuan memperkecil pengaruh terhadap keseimbangan biologi.
Salah satu kunci dari suatu pemberantasan hama
secara terintegrasi ini adalah pertimbangan dari pola interaksi diantara hama,
dan komponen lain didalam agro-ekosistem. Pengetahuan tentang interaksi
komunitas didalam agroekosistem ini merupakan syarat mutlak untuk keberhasilan
dari pemberantasan hama secara terintegrasi. Walaupun diindonesia penelitian
semacam ini masih baru, tetapi cukup memberikan harapan untuk mulai
memperhatikan pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul akibat penggunaan
insektisida. Karena penggunaan insektisida saja lebih rumit, selain harganya yang
mahal pengaruh sampingannya merugikan, yaitu dengan timbulnya masalah baru,
dapat diberikan contoh timbulnya resistensi serangga hama, terbunuhnya predator
hama dan parasit-parasit hama.
Dengan dikembangkannya pemberantasan suatu hama
secara terintegrasi ini, maka sistem pengendalian hama tersebut didasarkan atas
prinsip ekologi, dengan demikian data biologi dan ekologi penting artinya
(Eleven, 1976).
Telah banyaknya jenis insektisida yang telah beredar
di Indonesia, sehingga hal yang semacam ini mengakibatkan perlu akan adanya
banyak suatu penelitian terhadap inisektisida, agar untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap organisme lain yang bukan sasaran.
Dipakainya insektisida untuk meninggikan produksi
hasil panen tanaman adalah selayaknya bila tidak akan menggangu hewan tanah
bukan sasaran baik yang langsung maupun tidak langsung, yang sangat berguna
dalam membantu proses penyuburan tanah. Sehingga didalam pemakaian insektisida
dapat dianjurkan searif mungkin agar untuk menghindarkan pengaruh yang
merugikan yang mungkin timbul. invertebrate yang hidup didalam tanah dapat
terbunuh tidak saja oleh zat kimia yang langsung disemprotkan ke tanah, akan
tetapi juga yang datang dari penyemprotan yang ditujukan kepohon-pohon atau dapat
pula yang datang dari daun tumbuh-tumbuhan yang baru disemproti, akibat tercuci
oleh air hujan dan jatuh ke tanah.
Akumulasi zat kimia yang terjadi pada invertebrata
dengan dosis dibawah sub letal dapat mempengaruhi predator hewan, karena hewan mangsanya
masih dapat hidup dan aktif tetapi bagi predator dengan dosis tersebut dapat
membunuh atau memberikan pengaruh pada aktivitas normalnya (Edwards dan
Thompson, 1973).
BAB
III
METODELOGI
1.1.
Lokasi dan Waktu
Praktikum ini telah dilaksanakan, di laboratorium PHT Universitas Tanjungpura
Pontianak, dan Tempat praktikum yang digunakan sebagai tempat pengamatan
pertumbuhan tanaman dilakukan di lapangan langsung yang terletak di samping lab
Dasar-Dasar Agronomi.
1.2. Bahan dan Alat
Alat yang telah digunakan pada pengaplikasian insektisida
ini berupa alat semprot komposer, ember, air. Larutan insektisida. Adapun didalam
pemakaian insektisidanya jika skala kecil maka diperlukan 0,75-1ml/l, dan jika
dalam skala hektar maka pemakaian insektisidanya 2 l/ 2 bedengan.
1.3. Cara Kerja
Cara kerja didalam mengaplikasikan insektisida ini
sebelum melakukan penyemprotan terhadap tanaman antara lain : hal yang pertama
dilakukan menyiapkan bahan-bahan, (seperti air, air yang telah disediakan untuk
formulasi insektisida, dimana pada air ini telah ditentukan sesuai dengan
takarannya, dan air ini akan dikombinasikan bersama larutan insektisida, hal
ini dengan bertujuan untuk mengurangi efek dari penggunaan reaksi insektisida
terhadap tanaman selain itu juga menghemat (biaya) dari pemakaian insektisida,
dimana telah kita ketahui bahwa untuk bahan-bahan larutan insektisida itu
sangatlah telalu mahal, maka dari itu penggunaannya telah diberikan sedemikian
rupa.Kemudian akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu : menyemprotkan
larutan insektisida yang telah diformulasikan, terhadap tanaman.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Setiap dari kegiatan yang berhubungan dengan suatu
budidaya, maka tidak asing lagi terdengar yang namanya hama. Setiap hama memiliki
daya rusak yang berbeda-beda. Ada hama yang memiliki potensi merusak sangat
besar dan ada pula hama yang potensi merusaknya tidak terlalu besar yang
ditimbulkan. Namun disamping itu ada juga yang disebut hama utama, hama
sekunder, hama potensial, dan hama migrant. didalam pengendalian hama, kita
mesti berkonsentrasi pada hama-hama yang daya rusaknya besar, terutama
hama-hama utama.
Setelah kita mengetahui dari permasalahan yang telah
dialami setiap kegiatan budidaya maka diperlukan adanya solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut, salah satu permasalahannya adalah hama. Hama yang
menyebabkan hasil panen suatu produktivitas menjadi menurun, oleh sebab itu
untuk mengatasi dan memberantas hama diperlukan ilmu pengetahuan seperti
pengendalian hama terpadu, adapun pengendaliannya ini dapat berupa bagaimana
cara mengaplikasikan suatu bahan kimia (insektisida, pestisida, herbisida,
fungisida dan lain-lain)
Cara mengaplikasikan insektisida juga berpengaruh
terhadap suatu hasil panen, jika didalam mengaplikasikannya tidak sesuai dengan
anjuran dan waktu yang telah ditentukan maka hasil yang diperoleh sangatlah
tidak sesuai dengan harapan.
Waktu aplikasi adalah pilihan rentang waktu yang
tepat untuk mengaplikasikan suatu insektisida. Waktu aplikasi merupakan salah
satu faktor yang sangat menentukan efektifitas insektisida yang diaplikasikan.
Kerena pentingnya saat aplikasi suatu insektisida, maka ada yang berpendapat
bahwa lebih baik terjadi sedikit kesalahan dalam cara aplikasinya dari pada
kesalahan dalam penentuan waktu aplikasi.
Di lahan pertanian banyak organisme (serangga) lain
yang tidak merugikan tanaman, bahkan beberapa diantaranya menguntungkan petani.
Bila kita melakukan suatu aplikasi insektisida (penyemprotan) dengan secara
sembarangan tidak sesuai dengan anjurannya, maka organisme nontarget pun akan
dapat ikut terbunuh.
Aplikasi insektisida dibagi menjadi beberapa bagian
antara lain :
1. Aplikasi
preventif
2. Aplikasi
dengan sistem sekunder
3. Aplikasi
kuratif
4. Aplikasi
berdasarkan ambang pengendalian atau ambang ekonomi
Pada praktikum yang telah kami lakukan yaitu
aplikasi insektisida, kami telah menggunakan aplikasi kuratif. Dimana aplikasi
ini kebalikan dari aplikasi preventif. Aplikasi kuratif (termasuk aplikasi
eradikatif) dilakukan sesudah ada serangan hama dengan maksud untuk
menghentikan serangan hama atau menurunkan populasi hama tersebut. Aplikasi
kuratif banyak dilakukan dengan cara penyemprotan (termasuk mist blowing), fogging, fumigasi,
injeksi dan sebagainya.
Penggunaan suatu insektisida yang tidak bijaksana
akan menyebabkan permasalahan hama yang semakin kompleks, banyak musuh alami
yang mati sehingga populasi serangga bertambah tinggi disamping berkembangnya
resistensi, resurgensi dan munculnya hama sekunder.
Resistensi terhadap insektisida bisa terjadi kalau
digunakan jenis insektisida yang lama atau kelompok dengan senyawa yang sama
secara terus-menerus, terutama jika dosis yang digunakan tidak tepat (dosis
subletal). Bila digunakan jenis insektisida yang sama secara terus-menerus maka
individu yang ada dalam tersebut akan terseleksi menjadi individu yang tahan.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Cara
mengaplikasikan insektisida terhadap suatu tanaman sangatlah penting sekali, Karena jika hal
tersebut tidak diketahui secara lebih detail maka hasil dari suatu kegiatan budidaya tidaklah diperoleh dengan
maksimal. Walaupun cacing tanah juga berperan atau dapat, didalam memindahkan
insektisida dari permukaan tanah ke dalam tanah dan mencampur adukannya dengan
tanah sampai kedalaman 7,5 cm sehingga akan memperkecil toksisitas zat kimia
tersebut terhaadap hewan permukaan tanah (Burges dan Raw). Setidaknya kita
mengetahui dampak yang akan ditimbulkan jika mengaplikasikannya dengan secara
sembarangan.
Selain
cara mengaplikasikan yang menjadi suatu problem untuk kedepannya yaitu
menghasilkan hasil yang maksimal dan menekan populasi hama, waktu
mengaplikasikan juga menjadi salah satu faktor, karena jika hal ini tidak
diperhatikan dengan sebaik-baiknya maka dampak yang akan ditimbulkan bisa dilihat
sendiri.
B.
Saran
Saran
yang dapat penulis berikan, terutama pelajarilah terlebih dahulu bagaimana cara
mengaplikasikan (penyemprotan) insektisida dan kapan waktunya, karena hal
tersebut merupakan salah satu faktor yang terpenting.
DAFTAR
REFERENSI
Djojosumarto
Panut, 2000. Teknik Aplikasi Pestisida
Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Dr.
ir. Baehaki,SE. Insektisida Pengendalian
Hama Tanaman. Penerbit Angkasa.
Bandung
Dr.
Adianto, 1982. Biologi Pertanian Pupuk
Kandang, Pupuk Organik Nabati, Dan Insektisida. Penerbit Alumni. Bandung
Sastroutomo
Soetikno S, 1992. Pestisida Dasar-Dasar
dan Dampak Penggunaannya. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Yuwono
Triwibowo, 2006. Bioteknologi Pertanian.
Gadjah Mada University press, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar